Kediri (MI) : Mendengar kabar puncak Gunung Kelud diguyur hujan lebat pada Selasa (18/2) sore hingga malam, para personel TNI AD dari Kodam V/Brawijaya bersiaga di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kekhawatiran itu pun terbukti, aliran lahar hujan hasil erupsi Gunung Kelud begitu derasnya mengalir di Sungai Konto yang melalui desa itu.
"Saat itu terdengar suara gemuruh,” kata Kepala Penerangan Kodam V/Brawijaya Totok Sugiharto, mengisahkan kepada Republika, Kamis (20/2). Suara gemuruh itu adalah putusnya dua jembatan di Pandansari akibat terjangan lahar hujan erupsi Kelud.
Totok mengisahkan, aliran lahar hujan yang berisi material pasir, pohon, kayu besar, hingga lumpur bercampur jadi satu dan menerjang apa pun yang ada di depannya. Dua jembatan yang melintasi Sunga Konto sebagai satu-satunya akses keluar masuk warga dari dan ke Desa Pandansari pun terputus.
Sebanyak 312 warga dan 19 relawan terisolasi di Desa Pandansari. Saat itu, kata Totok, aparat TNI tidak sempat mengevakuasi penduduk. Sebanyak 2.226 personel TNI AD hanya bisa menunggu aliran lahar hujan di Sungai Konto surut sambil memberikan bantuan logistik, seperti makanan siap saji. "Saat itu lebar sungai menjadi 100 meter dengan kedalaman hingga dua meter," kata Totok.
Evakuasi warga dan relawan yang terjebak di dalam desa baru dilakukan aparat TNI AD sejak Rabu (19/2) pagi. Evakuasi tidak bisa dilaksanakan sekaligus, melainkan bertahap menggunakan kendaraan roda rantai dan tali dengan metode flying fox. Evakuasi berakhir pada Kamis (20/2) pagi. Alhamdulilah, semua warga dan dermawan berhasil dievakuasi dengan selamat.
Beruntung, kata Totok, status Gunung Kelud yang semula awas, diturunkan menjadi siaga pada Kamis. Radius bahaya yang awalnya 10 kilometer menjadi lima kilometer. "Meski demikian, kami tetap berjaga-jaga karena bisa saja ada lahar dingin susulan," katanya.
Tidak hanya aparat dari Kodam V/Brawijaya, satu pleton personel dari Satuan Tugas Marinir TNI AL di Posko Pujon juga dikerahkan untuk membantu evakuasi warga Desa Pandansari. “Pengerahan pasukan itu untuk mengantisipasi jatuhnya korban jiwa mengingat hujan deras mengguyur kawasan puncak Gunung Kelud," kata Komandan Satgasmar Letkol Marinir Kurniawan BCP.
Kurniawan menjelaskan, pengerahan pasukan yang dipimpin Letda Mar Sholeh tersebut menyisir perkampungan Desa Pandansari dan memeriksa satu per satu rumah penduduk. "Para prajurit juga sudah lama membantu warga desa setempat untuk melakukan pembersihan masjid, sekolah, dan rumah warga di Dusun Munjung, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang," katanya.
Irul, salah seorang warga yang terjebak di dalam desa setelah aliran deras lahar hujan menerjang, menyatakan, putusnya jembatan di Desa Pandansari akibat tak kuasa menahan beban material lumpur dan bebatuan yang meluap di Sungai Konto. "Akibat aliran lahar hujan yang menutup jembatan, warga terpaksa menginap di lokasi rumah yang rusak,” ujarnya.
Pantauan Republika pada Kamis (20/2), aliran lahar hujan yang melalui Sungai Konto masih terlihat deras. Saking derasnya, bekas tembok yang dihantam oleh lahar dingin ikut hanyut di sungai itu. Jembatan Desa Pandansari pun lenyap. Para personel TNI AD bersama relawan dan warga bahu-membahu mengevakuasi warga menggunakan tali menyeberangi sungai. Ketegangan tampak dari raut wajah warga yang dievakuasi keluar dari Desa Pandansari.
Sejumlah kendaraan berat milik TNI juga dikerahkan untuk menyapu material lahar hujan yang memutuskan jalan menuju Desa Pandansari. Sejumlah petugas dari Zeni Tempur V Kepanjen sudah melihat kondisi jembatan yang putus. “Jembatan di Pandansari masih dalam evaluasi tim,” kata Kabid Tanggap Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Bagyo Setiono. n laeny sulistyawati/antara ed: andri saubani.
"Saat itu terdengar suara gemuruh,” kata Kepala Penerangan Kodam V/Brawijaya Totok Sugiharto, mengisahkan kepada Republika, Kamis (20/2). Suara gemuruh itu adalah putusnya dua jembatan di Pandansari akibat terjangan lahar hujan erupsi Kelud.
Totok mengisahkan, aliran lahar hujan yang berisi material pasir, pohon, kayu besar, hingga lumpur bercampur jadi satu dan menerjang apa pun yang ada di depannya. Dua jembatan yang melintasi Sunga Konto sebagai satu-satunya akses keluar masuk warga dari dan ke Desa Pandansari pun terputus.
Sebanyak 312 warga dan 19 relawan terisolasi di Desa Pandansari. Saat itu, kata Totok, aparat TNI tidak sempat mengevakuasi penduduk. Sebanyak 2.226 personel TNI AD hanya bisa menunggu aliran lahar hujan di Sungai Konto surut sambil memberikan bantuan logistik, seperti makanan siap saji. "Saat itu lebar sungai menjadi 100 meter dengan kedalaman hingga dua meter," kata Totok.
Evakuasi warga dan relawan yang terjebak di dalam desa baru dilakukan aparat TNI AD sejak Rabu (19/2) pagi. Evakuasi tidak bisa dilaksanakan sekaligus, melainkan bertahap menggunakan kendaraan roda rantai dan tali dengan metode flying fox. Evakuasi berakhir pada Kamis (20/2) pagi. Alhamdulilah, semua warga dan dermawan berhasil dievakuasi dengan selamat.
Beruntung, kata Totok, status Gunung Kelud yang semula awas, diturunkan menjadi siaga pada Kamis. Radius bahaya yang awalnya 10 kilometer menjadi lima kilometer. "Meski demikian, kami tetap berjaga-jaga karena bisa saja ada lahar dingin susulan," katanya.
Tidak hanya aparat dari Kodam V/Brawijaya, satu pleton personel dari Satuan Tugas Marinir TNI AL di Posko Pujon juga dikerahkan untuk membantu evakuasi warga Desa Pandansari. “Pengerahan pasukan itu untuk mengantisipasi jatuhnya korban jiwa mengingat hujan deras mengguyur kawasan puncak Gunung Kelud," kata Komandan Satgasmar Letkol Marinir Kurniawan BCP.
Kurniawan menjelaskan, pengerahan pasukan yang dipimpin Letda Mar Sholeh tersebut menyisir perkampungan Desa Pandansari dan memeriksa satu per satu rumah penduduk. "Para prajurit juga sudah lama membantu warga desa setempat untuk melakukan pembersihan masjid, sekolah, dan rumah warga di Dusun Munjung, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang," katanya.
Irul, salah seorang warga yang terjebak di dalam desa setelah aliran deras lahar hujan menerjang, menyatakan, putusnya jembatan di Desa Pandansari akibat tak kuasa menahan beban material lumpur dan bebatuan yang meluap di Sungai Konto. "Akibat aliran lahar hujan yang menutup jembatan, warga terpaksa menginap di lokasi rumah yang rusak,” ujarnya.
Pantauan Republika pada Kamis (20/2), aliran lahar hujan yang melalui Sungai Konto masih terlihat deras. Saking derasnya, bekas tembok yang dihantam oleh lahar dingin ikut hanyut di sungai itu. Jembatan Desa Pandansari pun lenyap. Para personel TNI AD bersama relawan dan warga bahu-membahu mengevakuasi warga menggunakan tali menyeberangi sungai. Ketegangan tampak dari raut wajah warga yang dievakuasi keluar dari Desa Pandansari.
Sejumlah kendaraan berat milik TNI juga dikerahkan untuk menyapu material lahar hujan yang memutuskan jalan menuju Desa Pandansari. Sejumlah petugas dari Zeni Tempur V Kepanjen sudah melihat kondisi jembatan yang putus. “Jembatan di Pandansari masih dalam evaluasi tim,” kata Kabid Tanggap Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Bagyo Setiono. n laeny sulistyawati/antara ed: andri saubani.
Sumber : Republika
0 Response to "Kisah Aparat TNI Mengevakuasi Warga Pandansari"
Post a Comment